Tepat jam 8.00 Taxi yang saya tumpangi sampai di Bandar Udara Supadio Pontianak. Cuaca mendung
disertai kabut tebal menyelimuti bandara. Beberapa maskapai penerbangan
mengalami penundaan penerbangan akibat cuaca pagi yang kurang bersahabat. Para penumpang diruang tunggu mengernyitkan dahi, ada yang
memasang wajah kesal, bingung, mengeluh dan sebagian , memilih mondar mandir. Saya
sendiri mencoba bersikap tenang
menenangkan diri menyikapi keadaan cuaca, meski detak jantung saya juga
deg-degan. Saya berharap beberapa menit kedepan cuaca akan membaik. Jika tidak,
tiket yang sudah saya booking akan hangus. Tidak bisa diganti. Karena beda
maskapai penerbangan dari Jakarta ke Surabaya.
Tasbih ditangan saya terus berputar seiring dengan detak jarum jam yang
mulai menunjukkan jam 10 kurang 15 menit. Hati mulai cemas karena belum ada
informasi jam berapa pesawat Lion tujuan Jakarta
akan berangkat. Jika dalam satu jam kedepan pesawat tidak juga berangkat. Maka
tiket Jakarta - Surabaya seharga Rp.540.000 akan hangus.
Kalau tiket hangus maka saya bisa terlantar karena uang di dompet tersisa
seratus ribu rupiah.
Sebetulnya sebelum berangkat saya sudah diberitahu oleh sahabatku Subro.
“Hati-hati kalau beli tiket beda maskapai penerbangan. Kalau pesawatnya delay,
tiketnya tidak bisa diganti”.
Alih- alih ingin
mendapat harga tiket murah malah menjadi boomerang. Bukannya untung malah
buntung. Kalau sudah seperti ini maka doa dan sikap tawakal diperlukan untuk
mengatasi tekanan detak jantung yang terus berdegup kencang, serta telapak kaki
yang sudah mulai terasa dingin. Bawaanya ingin kencing melulu.
Alhasil, lima belas menit kemudian ada
informasi bshwa pesawat Lion JT 7319 tujuan Jakarta akan berangkat. Penumpang dihimbau
untuk masuk melalui pintu 2. kekecewaan penumpang sedikit terobati oleh senyum
pramugari cantik dengan belahan rok sampai paha. Sambutan yang Asyik. Saya
duduk dikursi no. 18 F. disebalh saya ada cewek warga keturunan Tionghua
bergelayut dibahu pacarnya. Saya berani mengatakan “pacar” karena kedua sejoli
itu masih berumur belasan tahun. Dan obrolannya merepun seputar dunia cinta di
sekolah mereka diseleingi rayuan maut oleh sang pria. Sesekali tangan si pria
mendarat di paha ceweknya. Astagfirullah. Kalau saja ada tirai pembatas penumpang
tak bisa kubayangkan apa yang terjadi. Bisa kencing air putih kental si pria.
Sejurus kemudian saya sudah kebelet pipis, tapi pesawat mulai bergerak
menuju landasan pacu. Dua pramugari hilir mudik menyemprotkan minyak wangi
sambil memastikan penumpang memasang seat bealth. Mesin pesawat mendengking,
dan dalam hitungan detik pesawat menerobos gumpalan awan putih. Miring kekiri
dan kekanan. Landasan terlihat kecil dan menghilang. Lampu mulai menyala
kembali. Sudah boleh pergi ke toilet. Saya melihat jam ditanganku menunujukkan
pukul 10 lewat 10. saya menikmati sensasi kencing di udara sambil bersiul. Lega
rasanya. Tiket pesawat jurusan Jakarta – Surabaya yang sudah kukantongi aman…..