ALHAMDULILLAH, WIRDA SUDAH BISA JALAN - INSPIRASI SYARIAH

Rabu, 30 September 2015

ALHAMDULILLAH, WIRDA SUDAH BISA JALAN

Selamatan Kocor (tradisi slametan bagi anak bisa berjalan)
Dari bangun tidur mbahnya (nenek) sudah bekalut mencari penjual Kocor di Pasar Pancasila. Sampai dua kali menghampiri penjual kocor langganannnya. Namun si penjual belum juga datang. "Kemana sih kok juga belum datang. Jualan, tapi jam segini kok belum buka" Katanya dengan nada agak sedikit kesal.
Ya, mungkin karena terlalu pagi mi." Kataku. mencoba menenangkan perasaan nya.

Hari memang masih terang-terang tanah, Matahari juga belum beranjak dari peraduannya. Tapi karena perasaan Umi hari ini terlalu bersemangat, jadi berangkat ke pasarnya terlalu awal. Pedagang pasar masih belum banyak yang datang. Hanya para penjual sayur yang sudah siap melayani para pembelinya. Rata-rata para penjual sayur itu adalah orang-orang  Madura yang dulu menjadi korban Kerusuhan di Sanggau. Mereka sudah terbiasa bangun pagi, karena mereka dulunya di Sanggau adalah petani.

Usia Wirda kini sudah 13 bulan. Semenjak ulang tahun pertamanya, Wirda sudah bisa berdiri tanpa berpegangan, namun masih belum bisa berjalan. kedua kakinya masih kaku untuk melangkah. Setiap pagi saya dan bundanya bergiliran melatih Wirda berjalan dengan berpegangan pada kedua tangan kami.
Baru kemarin, dia bisa berjalan tanpa berpegangan. Mula-mula jatuh dalam setiap kali melangkah. Namun kami selalu menyemangati agar terus melangkah meskipun seringkali jatuh berulang kali.

"Alhamdulilah Wirda sudah bisa Jalan. Laggu' Slametih Kocor Met (Besok slametan cucur Met)." Pinta Umi kemarin pada saya. Dia sangat senang melihat Wirda bisa berjalan.

Saya dan isteri memang sudah berniat mau membeli kocor di pasar Pancasila untuk selamatan Wirda. Tapi hari ini Mbahnya sudah duluan membelinya. Benar Kata orang, Kasih sayang nenek terhadap cucunya lebih besar ketimbang kasih sayang ibu dan bapaknya. Saya sedikit membenarkan ucapan ini karena semenjak Wirda lahir perhatian mbahnya lebih besar pada Wirda saya. Setiap kali pulang dari bekerja, Wirda tidak pernah lepas dari gendongannya.

Air kembang (aeng komkoman), tajin (bubur)  7 piring, kue 7 macam, dan kocor yang di tusuk pada lidi setinggi badan Wirda sudah di siapkan. Umi dan isteri saya tampak sumringah duduk di samping saya. Saya membaca doa selamat dengan terlebih dahulu bertawasul dan membaca shalawat.

Alhamdulilah, sekarang kamu sudah bisa jalan. ini adalah langkah awal dari kemandirianmu nak. Semoga kamu senantia sehat selalu. Sampai pada cita-cita mulia kami, Hafiz Qur'an. sebagaimana nama yang kami sematkan pada dirimu. Kelak, jadilah dirimu anak yang berguna bagi kami, agama dan negaramu. 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

Berkomentar sesuai dengan topik, gunakan Name dan URL jika ingin meninggalkan jejak, link hidup dalam komentar dilarang, melanggar kami hapus