AMING - INSPIRASI SYARIAH

Senin, 24 Februari 2014

AMING


foto ; rasa stroberi

Cerpen Karya : Abdul Hamid
Orang-orang di rumahku gempar ketika Aming kembali lagi. Aku juga terkejut dan tidak mempercayainya. Ah,.. mana mungkin dia bisa hidup kembali. Aku tidak percaya. Pasti bukan dia. Dia sudah mati. Kalaupun dia masih hidup, dia tidak akan kembali lagi ke sini.
Waktu aku mengungsikan dia ke pasar, tubuhnya sudah lunglai. Badannya kurus tinggal tulang. Dari  mulutnya keluar air nanah tanpa henti. Dia tidak mampu lagi berdiri, apalagi berlari. Kuperkirakan dia hanya bisa bertahan hidup dua hari. Setelah itu dia akan mati.
***

Semua bermula dari sore itu, ketika aku secara tidak sengaja menemukan dia mengeong, memelas meminta pertolongan. Entah siapa yang telah membuangnya? Orang-orang yang kebetulan lewat di belakang Mall Twenty tidak ada yang memperdulikannya. Aku merasa iba ketika melihat dia hidup sebatang kara. Aku pungut dia dari tong sampah kemudian membawanya kerumah.  
Orang-orang di rumah merasa risih dengan kehadirannya. Sudah pasti dalam pikiran mereka, Bahwa keberadaan dia di rumah akan merusak nuansa rumah yang bersih nan tenang. Buang air sembarangan. Dan nanti kalau sudah besar, naluri mencurinya akan muncul. Disaat orang lengah menaruh ikan, dia akan mencurinya.   
Dugaan aku ternyata benar. Semua keluargaku menyuruh untuk membuang jauh-jauh kucing malang itu dari rumah. Tetapi aku menolaknya. Aku mempunyai alasan yang kuat untuk memeliharanya.
“Di rumah ini sudah banyak tikus. Kita memerlukan dia untuk mengusir tikus-tikus itu”. Belaku, ketika semua orang di rumah unjuk rasa ke kamarku. Mereka tidak terima dengan kehadiran si bulu kuning itu ke rumah.
“Baiklah kalau itu yang menjadi alasanmu. Tapi kamu harus bertanggung jawab apabila kucing itu buang air sembarangan di rumah. Dan satu hal lagi, dia tidak boleh tinggal di dalam rumah. Taruh dia di garasi.” Ucap pamanku mewakili aspirasi anggota keluarga yang lain.
Aku mentaati permintaan mereka. Kucing itu aku buatkan rumah kecil yang terbuat dari kardus bekas bungkus televisi di rumahku. Di dalamnya, aku letakkan kaos kampanye calon gubernur yang kalah tahun lalu sebagai alasnya.
“Aku beri nama kamu AMING. Kamu jangan kurang ajar  ya, karena aku sudah menolongmu”. Kataku, sambil mengelus kepalanya. Kucing itu menggesek-gesekkan kepalanya ke tangan, seolah dia memberi isyarat “Iya”. 
Tiga kali dalam sehari aku memberi Aming makan. Setiap makanan yang kuberikan, aku taruh diatas piring yang  di letakkan di samping rumahnya. Aku ingin melatih kucing itu untuk tidak mencari makan dengan cara masuk ke dapur seenaknya dia.
Alhasil, Aming tidak berani masuk ke dapur apalagi kamar. Sekali dia masuk ke dapur, karena aku terlambat memberi dia makan. Orang-orang di rumah tidak ada yang merasa ikan atau makanannya hilang secara misterius.
Satu tahun dia tinggal bersama kami. Orang-orang di rumahku bersimpati padanya. Pernah suatu hari, ibu lupa menutup rak lemari makan di dapur. Padahal di dalamnya terdapat ikan kakap goreng yang aromanya muntah sampai keluar rumah. Aming hanya mengeong-ngeong sambil mencakar kaki meja makan. Tidak berani masuk untuk mengambilnya. Dia menghormati hak kami, sekalipun dia hanya binatang.
Kami semua menyanyangi Aming, tapi naas kembali menimpa dia. Mulutnya robek. Berhari-hari keluar nanah.  Dia kalah dalam perkelahian dengan kucing jantan tetangga. Lantaran memperebutkan kekasih idamannya.
Aroma busuk seperti bau bangkai keluar dari mulutnya. Mulutnya sudah tidak bisa dimasuki makanan lagi. Orang-orang di rumah kembali berunjuk rasa ke kamar. Mereka menyuruhku untuk mengasingkan Aming ke tempat yang jauh. Mereka lupa terhadap jasanya mengusir tikus dari rumah. Aku mengungsikan Aming ke pasar Melati yang jaraknya lima kilometer dari rumah. Sepanjang  perjalanan, aku teringat pada kisah wanita Himyariyah Israiliyah yang masuk neraka lantaran menelantarkan se-ekor kucing.
Dengan berat hati, aku letakkan badannya yang sudah tak berdaya di samping tong sampah. Persis seperti saat aku menemukan dia. Aku mengelus kepalanya tiga kali sebagai tanda perpisahan dengannya.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

Berkomentar sesuai dengan topik, gunakan Name dan URL jika ingin meninggalkan jejak, link hidup dalam komentar dilarang, melanggar kami hapus