Foto Internet |
Cerpen Karya : Abdul Hamid
(Cerpen ini dimuat di Harian Borneo Tribune, Minggu 30 Juni 2013) Sudah lebih dari seminggu aku dan beberapa warga gang Buntu tidak bisa tidur malam dengan nyenyak. Ayam-ayam jantan pak Mardun selalu berkukuk ribut bersahutan di balik dinding papan kamarku yang kebetulan bersebelahan dengan kandangya.
Dua minggu yang lalu, Pak Mardun kedatangan kiai Mustofa. Kiai dari kampung Madani yang dikenal wara’ dan memiliki kemampuan membaca tanda-tanda. Setelah dikunjungi kiai Mustofa, keesokan harinya lima ekor ayam jantan berwarna putih polos memenuhi kandang ayam Pak Mardun. Ayam- ayam jantan tersebut dibeli dari murid kiai Mustofa yang kebetulan ikut mendampingi sang kiai ketika berkunjung kerumah pak Mardun.
Semua warga gang Buntu kesal dengan pak Mardun lantaran tidak menjunjung tinggi etika bertetangga.
“Pokoknya, besok kita mesti kerumah Pak Mardun, jangan kita biarkan ketenangan tidur kita terganngu oleh kokok ayam-ayam jantannya.” Ajak Pak Zul kepada aku dan beberapa warga yang sedang berbelanja di warungnya.
“Setuju, pak Mardun mesti dikasi tahu agar dia mengerti etika bertetangga.” Ucap Surif, pegawai pemda yang rumahnya hanya berjarak tiga rumah dari rumah pak Mardun.
“Kalo perlu kita usir pak Mardun dari gang ini. Biar dia tahu rasa.” Timpal Ibu Titin dengan nada kesal.
“Sudah-sudah, jangan diperlebar masalah ini. Lebih baik kita musyawarahkan saja dengan Pak Mardun. Toh, Pak Mardun kan juga seorang ustad, dia pasti lebih bijak dalam menyikapi masalah ini. Besok jam 7 malam kita silaturahim dengan beliau sekalian minta penjelasan” Ujar Mas Bambang yang sedari tadi hanya sibuk dengan HP nya.
***
Sesuai dengan usul Mas Bambang, maka ke esokan harinya aku dan beberapa warga mendatangi rumah Pak Mardun.
“Waduh, ramai benar warga yang silaturahim malam ini.” Sambut Pak Mardun ketika kami diterima dikediamannya.
“E,.. begini Pak Mardun. Maksud kedatangan kami kesini, disamping silaturahim kami memiliki keperluan khusus.” Ucap Mas Bambang yang menjadi juru bicara kami.
“Keperluan apa ya?” Tanya Pak Mardun dengan senyum penuh arti.
“Begini Pak, Ini masalah sepele tapi menuai masalah. Satu minggu terakhir ini warga diresahkan dengan ayam-ayam jantan bapak yang sering berkukuk tengah-tengah malam sehingga menganggu kenyamanan tidur malam warga gang Buntu.”
“ O,.. itu masalahnya.” Ujar Pak Mardun seperti benar-benar baru tahu.
“Iya Pak. Ini sepele tapi menganggu kenyamanan warga. Pak Mardun kan tau, gang kita sempit dan buntu. Rumah warga berdempet-dempet bukan kayak di kampung.” Timpal Surif.
Pak Mardun tidak langsung merespon ucapan warga. Dia diam agak lama. Baru setelah menyeruput secangkir kopi didepannya ia merespon permasalahan kami.
“ Kalian tau gak ketika kiai Mustofa datang kesini?” Tanya Pak Mardun. Kami semua mengangguk.
“Waktu beliau berkunjung kesini, beliau berkata kepada saya: “orang-orang di gang ini sudah jarang bangun malam. Jadi mata qolbu mereka perlu dibangunin. “Dengan cara apa pak kiai?” Tanyaku pada kiai. “Dibangunin dengan kokok ayam jantan. Mulai besok kamu pelihara lima ekor ayam jantan putih polos yang besar-besar. Insya Allah Si Mata Malaikat itu akan berkukuk tengah-tengah malam untuk membangunkan mata qolbu mereka.” Terang Pak Mardun kepada kami.
Penjelasan Pak Mardun seperti menelanjangi kami. Aku jadi teringat pada sebuah ungkapan guru ngajiku kiai Buhori yang menjelaskan bahwa di dalam al hadits disebutkan Bila engkau mendengar suara ayam jantan berkukuk maka mintalah karunia kepada Allah karena ia melihat malaikat.
Pontianak, 14 Sya’ban 1434 H