INSPIRASI SYARIAH: Opini
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Maret 2020

SAPI MADURA

Oleh : Abdul Hamid*)

Lebaran tahun ini sapi madura kembali menjadi persembahan hewan kurban presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Meskipun jumlahnya tidak sefantastis tiga tahun sebelumnya yang mencapai 20 ekor. Dimana saat lebaran Idul Adha tahun 2014 Jokowi berkurban sebanyak 20 ekor sapi jenis lokal Madura yang nilainya seharga 400 juta. 

Tahun berikutnya, Yakni di lebaran Idul Adha tahun 2015 presiden asal Solo itu kembali mempersembahkan hewan kurban sapi lokal Madura sebanyak 19 ekor dengan total nilai harganya 380 juta. Berkurang satu ekor dari tahun sebelumnya. 

Sapi Madura sempat menghilang dari daftar persembahan hewan kurban presiden Jokowi di tahun 2016 dan tahun 2017. Di dua tahun itu, sang presiden lebih memilih jenis sapi Peranakan Ongole. Dan pada lebaran Idul Adha tahun 2018 ini presiden hanya mempersembahkan 1 sapi lokal Madura yang nilainya seharga 20 juta. Selebihnya sapi Peranakan Ongole. 

Persembahan jenis hewan sapi kurban presiden di Indonesia memang sering tidak luput dari liputan awak media, hal ini agar publik bisa mengetahui sejauh mana komitmen pemerintah dalam meningkatkan swasembada daging sapi yang targetnya terus tidak pernah tercapai. 

Impor sapi terus membanjiri Indonesia terutama menjelang lebaran. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang bulan januari sampai februari 2018 Indonesia telah mengimpor daging sapi sebanyak 15.046 ton. Jumlah ini terus bertambah hingga menjelang akhir tahun 2018. 

Nawacita presiden Jokowi untuk berhenti melakukan impor, terutama impor daging tinggal janji saja. Tahun ini sudah memasuki masa kampanye pilpres. Janji itu tak kunjung ditunaikan. Persoalan impor daging sapi memang menjadi “lahan basah” bagi importir untuk meraup keuntungan. 

Peternak sapi lokal makin tak berdaya, jika kran impor sapi tidak dihentikan oleh pemerintah. Namun disisi lain kebutuhan akan daging sapi potong semakin hari semakin meningkat. Disinilah celah itu dimainkan oleh para pengusaha.

Persoalan Defisit sapi potong di Indonesia pada dasarnya bukan karena rakyat di negeri ini tidak mampu beternak sapi. Tapi karena rakyat ekonominya makin tak berdaya.  Rakyat butuh “kehadiran” pemerintah baik dari sisi permodalan maupun dukungan fasilitas terhadap peternakan sapi rakyat. 

Potensi swasembada daging itu ada. Sebuah hasil penelitian tentang potensi sapi lokal pernah diungkap oleh salah seorang Doktor dari Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada (UGM). Potensi tetang sapi lokal madura yang nilai natural increase sebesar 61,94 persen. Besaran potensi itu hanya untuk wilayah Kabupaten Pamekasan saja, belum mencakup pulau Madura secara keseluruhan. Juga belum mencakup potensi peternak sapi orang Madura yang di pulau Kalimantan, yang kalau urusan peternakan sapi juga punya keahlian dan keuletan yang sama dengan saudaranya di pulau Madura. 
Keterangan foto : diambil dari Internet

Sebelum konflik sosial tahun 1997 dan konflik sosial tahun 1999, orang Madura di Kalimantan Barat banyak menggantungkan hidupnya dengan beternak sapi. Meski hanya sebagai usaha sambilan dan belum menjadi usaha prioritas. Usaha prioritas orang Madura di Kalimantan Barat banyak bergantung pada sektor pertanian dan perkebunan karet. 

Meskipun demikian, orang Madura sebetulnya ahli dalam merawat sapi. “Kedekatan” orang Madura dengan sapi memang memiliki sejarah tersendiri. Kehidupan masyarakat Madura tidak bisa dipisahkan dari keberadaan sapi Madura karena sapi Madura memiliki nilai kultural dan historis tinggi, sekaligus menjadi tabungan keluarga. 

Sapi Madura sendiri merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia. Sapi ini memiliki beberapa ciri seperti warna tubuh cokelat muda sampai cokelat tua, kuku dan moncong berwarna hitam, memiliki rambut rambut halus di sekitar mulut, dan kaki yang cukup panjang (Payne & Rollinson 1976; Setiadi & Diwyanto 1997). 

Sapi madura merupakan hasil persilangan antara banteng (Bos javanicus) dengan sapi ongole (Nijman et al. 2003; Uggla 2008; Febriana et al. 2015). Awal persilangan ini terjadi saat orangorang dari sub-continent India sampai di Indonesia sekitar 1.500 tahun yang lalu (Payne & Rollinson 1976). Sapi Madura mulanya berkembang di Pulau Sepudi lalu masuk ke Pulau Madura dan hanya ditemukan di Pulau Madura, kemudian menyebar ke Pulau Jawa bagian timur dan Kalimantan (Firdhausi 2010).

Di Kota Pontianak, sapi Madura mudah dijumpai di tempat karantina hewan di pinggiran sungai Kapuas. Sapi sapi tersebut umumnya didatangkan dari pulau madura menggunakan Kapal Motor. Sebelum masuk  masuk kamar potong, Sapi Madura umumnya dipelihara dulu selama beberapa bulan. Baru kemudian di jual ke pengusaha pemotongan sapi. 

Peternakan sapi Madura di Kalimantan Barat sangat potensial jika dikembangkan. Lahan Kalimantan Barat yang masih sangat luas memudahkan bagi para peternak sapi untuk mencari rumput, atau memungkinkan jika sapi-sapi tersebut dicarikan lahan yang luas kemudian digembalakan. Persis dengan pola yang dilakukan orang Madura di pulau Sapudi Kabupeten Sumenep. 

Pasar juga terbuka lebar untuk bisnis pemotongan sapi di Pontianak. Dari tahun ke tahun data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat menunjukkan bahwa kebutuhan atau  kekurangan daging sapi masih di suplai dari luar pulau Kalimantan. Tinggal pemerintah daerah  mau atau tidak memberdayakan masyarakatnya, terutama masyarakat Madura yang memiliki kearifan lokal dalam beternak sapi. 

Sungai Ambawang, Oktober 2018 

Rabu, 01 Maret 2017

SELAMAT DATANG KAPITALIS RRT DAN KAPITALIS SAUDI

Umat Islam Indonesia memang bakal gigit jari... terserah, mau satu jari, dua jari, atau tiga jari...
Sy tdk percaya kedatangan Raja Salman krn memikirkan umat Islam Indonesia.
Beliau datang lebih krn kepentingan negaranya sendiri, bahkan lebih sempit lagi, krn kepentingan *Dinasti Saud, demi diri dan keluarganya sendiri*.
Tak ada itu *dana (solidaritas) Islam*.
Dia arahkan kebijakan luar negerinya ke Timur (India, Malaysia, Indonesia, Jepang, bahkan RRT) krn gerak invèstasinya di Barat semakin sulit.
Foto : http://duniatimteng.com

Ekonomi USA belum sembuh dari kehancuran akibat krisis mortgage 2007, ditambah kebijakan Trump yg "America first", self protective, dan anti-Islam.
Eropa, dengan bbrp negara spt Yunani, Portugal, Spanyol terus mengalami krisis ekonomi; dan keluarnya Inggris dari UE, semakin memberi ketidak pastian masa depan untuk investasi.
RRT, INDIA, INDONESIA... tiga negara dgn pertumbuhan ekonomi yg terbaik (relatif dari semua negara di dunia), tiga negara berpenduduk terbesar yg siap menjadi market besar dunia, lebih menjanjikan untuk investasi uang Dinasti Saud.
Benarkah Raja Salman bawa uang 325T untuk menutup hutang RI kpd RRT? Hahaha... nonsense... omong kosong...

Duit gak kenal saudara pemiliknya (manusia)... duit gak akan keluar dari sarangnya kecuali hanya untuk menjemput pulang temannya lagi (sesama duit).
Bagaimana Raja Salman mau menebar duit untuk umat Islam Indonesia, kalau uang kematian korban robohnya crane di Masjidil Haram yg dijanjikannya sendiri sudah bertahun-tahun belum bisa dia bayarkan. Belum lagi janji untuk menghajikan thdp keluarga2 korban kematian "tragedi Mina 2".
Bagaimana mau menebar uang untuk umat Islam, kalau Saudi sendiri sdg berusaha "memeras" umat Islam dunia dgn menaikkan harga visa Haji dan Umrah, mentang-mentang Haji dan Umrah dapat dijadikan "komoditi eksklusif" dgn "market yg captive". Lalu dimana manfaat tebar pesona sebagai "Khadimul Haramain (pelayan dua Tanah Suci)"?

Bagaimana Saudi mau membebaskan umat Islam Indonesia dari terkaman RRT, kalau RRT adalah pemegang dana cadangan devisa terbesar di dunia (sekitar 3,5T US $), kontraktor pembangunan jaringan kereta api di Saudi, juga kontraktor dan investor besar pembangunan proyek2 infrastruktur di negara-negara Teluk Arab?
Harga minyak dunia sdg turun, Saudi tak mau menurunkan produksinya walau sdh ditekan oleh OPEC, maka satu2nya cara meningkatkan penghasilan adalah dgn meningkatkan penjualannya, dan potensi pembeli terbesarnya adalah RRT yg sdg haus enerji untuk pembangunan sektor industrinya.
Itu sebabnya setelah dari Indonesia Raja Salman akan ke RRT, untuk memperkuat kerjasama ekonomi dgn RRT. Juga untuk menawar-nawarkan saham ARAMCO, yg terpaksa harus dijualnya krn Saudi sdg sangat memerlukan dana.
Kok mau Saudi bekerja sama dengan RRT? Dalam "The Clash of Civilizations", S Huntington juga meramalkan, benturan peradaban yang akan terjadi adalah antara Peradaban Barat dgn Peradaban Islam (Arab?) Yg bersatu dgn Perdaban Konfusianisme (Cina?). Nilai-nilai Islam dan Arab banyak kedekatannya dgn nilai-nilai Konfusianisme. Maka Arab dan China, sejak sebelum kedatangan Islam dulu, sdh menjalin kerja sama ekonomi dan budaya. Bahkan, ketika Indonesia pernah konflik dan memutuskan hubungan diplomatik dgn RRT, hal itu tdk pernah terjadi antara Arab dan China, antara Saudi dan RRT.

Kapitalis Saudi tdk melihat umat Islam suatu negara sebagai saudara seagama. Apa yg telah diperbuat mrk untuk "saudara-saudara seagamanya" di Mesir, Libya, Palestina, Suriah, Iraq, dan Yaman yg berada dalam lingkungan terdekatnya? Sepanjang tdk mendatangkan keuntungan ekonomi dan politik, tak ada tindakan berarti yg dibuatnya untuk "saudara-saudara seagamanya" itu.
Kedatangan rombongan Raja Salman ke Indonesia, dengan siapakah pertemuan-pertemuan pendahuluan dilakukan untuk mempersiapkannya?
Apakah melibatkan MUI, NU, Muhammadiyah, atau Parpol-parpol Islam spt PKS, PAN, PPP, PKB? No, ini bukan kunjungan keagamaan... ini kunjungan bisnis Kapitalis Saudi yg sdg mencari saudaranya sesama kapitalis...

Dan siapa kapitalis-kapitalis besar di Indonesia? Cermatilah kegiatan para pangeran Saudi itu, dengan siapa mrk akan membuat pertemuan2 bisnis di saat sang Raja melakukan acara seremonial kenegaraan? Pepatah tua mengatakan, "orang kaya hanya bergaul dgn sesama orang kaya..."
Saudi dan RRT adalah dua kekuatan Kapitalisme yg didukung oleh Kekuasaan Otoriter (diktator?) yg anti demokrasi. Apakah kunjungan Raja Salman akan memperkuat demokrasi di Indonesia? No, bagi investor RRT dan Saudi, yg mereka harapkan terjadi di Indonesia adalah *stabilitas politik* untuk mengamankan uang2 mereka di sini, tidak peduli apa agama penguasa di Indonesia, dan bagaimana kekuasaan itu diraih dan dikelola, yg penting mantap dan stabil. Itu spt yg sdh mereka lakukan di berbagai negara lain, baik di Timteng, Eropa, Amerika, dll.
Apakah kunjungan Raja Salman itu sama sekali tidak ada pengaruhnya bagi keIslaman di Indonesia?
Pasti ada dong, walau serpihan-serpihan saja. Yg jelas kelompok dakwah Salafi Wahabi (SaWah) akan makin kebanjiran dana. Bukan SaWah yg radikal, tapi SaWah yg anti demokrasi, bahkan yg apolitis. Paling-paling hanya akan menambah keributan soal *syirik, bid'ah, dhalalah, kafir...* dan enerji dakwah hanya akan tersita di keributan soal itu, sebagaimana terjadi di Makkah dan Madinah. Lalu kepentingam Islam terlalaikan dari pergulatan yg sesungguhnya di pucuk-pucuk Kekuasaan dan Ekonomi negeri ini.

Kapitalis Arab, Kapitalis China, keduanya sama saja, tetap kapitalis. Fokus utamanya cuma satu, UANG.
Bagaimana bagi umat Islam Indonesia yg juga memerlukan uang? Jalan utama menuju uang yg harus dibangun oleh umat Islam Indonesia adalah: ENTREPRENEURSHIP !!!
Kalau jalan itu tak dikembangkan, silahkan jadi kuli dan jongos saja.

SELAMAT DATANG *KAPITALIS RRT* DAN *KAPITALIS SAUDI*.
Kemarin jadi kuli dan jongos Arab di Saudi, serta jadi kuli dan jongos China di Hongkong, sekarang bersiaplah jadi kuli dan jongos Saudi dan China di negeri sendiri, NKRI.
Uang bagaikan kawanan burung bangkai yg terbang berkelompok di angkasa, berputar-putar mencari mangsa. Di situ ada bangkai, di situlah mereka mendarat. Mereka tak kenal kewarganegaraan, ras/etnis, maupun agama...
Setelah pelemahan ekonomi di Eropa, juga Amerika, terlebih dgn kebijakan Donald Trump yg self-protection dan anti-Islam, kemana para Kapitalis Saudi akan mengarahkan investasinya? Afrika yg dekat dgn Saudi, dari dulu tak pernah menjanjikan.
RRT, dengan GDP terbesar *kedua di dunia*, dgn Cadangan Devisa terbesar *nomor satu di dunia*, apalagi dengan tekanan jumlah penduduk yg terus mendesak menjadi 1,5 milyar orang, kemana Kapitalis RRT akan mengarahkan investasi luar negerinya?
Pilihannya:
India... paling banyak punya ahli IT dan Manajer.
Vietnam... paling kuat jaringan internetnya.
Malaysia... kuat entrepreneur-nya.
*Indonesia*... letak geopolitisnya sangat strategis, penduduknya banyak (sbg konsumer/market jadi sangat kuat), sumber daya alamnya luas dan bervariasi, para pemimpinnya *mudah dibeli*, mental kuli dan jongos rakyatnya cocok untuk jadi bahan *tenaga kerja berbiaya murah*.
Ke Indonesia-lah, para Kapitalis Saudi dan Kapitalis RRT datang...
Memangnya Raja Salman datang ke Indonesia mau menyelesaikan *urusan Islam* dan *umat Islam* di Indonesia?
No... ini urusan investasi keluarga Saud, ya akhii...
Bagaimana Raja Salman mau mengurus Islam di Indonesia, kalau:
1. Raja Salman tak punya pengalaman mengurus umat sebanyak ini. Di Saudi cuma ada sekitar 22 juta muslim, di Indonesia 220 juta muslim.

2. Di Indonesia ada lebih banyak Perguruan Tinggi Agama Islam yg menghasilkan *Sarjana-sarjana ahli Ilmu Agama Islam* daripada di Saudi. Coba hitung, betapa banyak Indonesia punya pesantren, madrasah diniyah, ibtidaiyah hingga aliyah, UIN, IAIN, STAIN, STAI Swasta, Universitas Islam, kursus-kursus muballigh.
* Saya tdk tahu, para sarjana S1 hingga S3 Ilmu Agama Islam yg dihasilkannya, malah membawa kemajuan bagi umat atau malah menjadi beban...? Karena kalau sdh sarjana, lalu jadi pegawai atau pengajar, gaji dan fasilitas yg dituntutnya pun semakin mahal... jadi muballigh pun tarifnya semakin tinggi... tapi *apa dampaknya bagi perkembangan dakwah di Indonesia*? Entahlah...
* Yg jelas, kerja "semut-semut pekerja dakwah" dari *Jamaah Tabligh*, yg door to door menjemput orang ke jalan iman, lebih nampak banyak "mengIslamkan" orang daripada apa yg dilakukan oleh para sajana Perguruan Tinggi Agama Islam. Karena banyak dari mereka lebih sibuk antri jadi PNS (sekarang ASN) di Kemenag dgn menenteng ijasah-ijasah mereka.
3. Di Indonesia lebih banyak organisasi dakwah dan harakah Islamiyah daripada di Arab Saudi, dengan variasi mazhab fiqih, firqah aqidah, dan aliran thariqah yg beragam, dengan corak yg fundamental, radikal, liberal, dan sinkretis, lengkap dgn garis keras, garis lurus, dan garis lucu... Gak akan sanggup Raja Salman memahami semua itu, apalagi memikirkan dan menyelesaikannya...
4. Di Indonesia banyak terdapat parpol-parpol Islam yg mengusung "politik demokrasi liberal", padahal itu yg paling ditakuti oleh Dinasti Saud. Kalau semangat demokrasi menular ke rakyat Arab Saudi, hancur itu kerajaan, dan anggota Dinasti Saud akan dibunuhi seperti Saddam Husein dan Moammar Khadafi... Maka Arab Springs berhenti di depan pintu Arab Saudi.
5. Di Indonesia ada Ahok dan Sembilan Naga, justeru orang-orang spt itu yg disukai para Kapitalis Saudi. Mrk pekerja keras, pebisnis ulung, pandai membuat perkongsian...
Industri pabrikasi, konstruksi, dan perdagangan di Arab Saudi sangat maju karena bekerjasama dgn para pebisnis China. Di pasar Ternate (pelosok Utara Maluku) toko-toko Arab dan China berdampingan sejak lama, begitu juga di Ambon.
Di Surabaya, Malang, Gresik, Pekalongan (pusat industri batik), Bogor (Empang), Palembang, Makassar... pebisnis Arab dan pebisnis China, dgn gaya berkongsi masing-masing, mereka berdagang bersama-sama di pasar, membangun pabrik, klinik, apotik, toko kelontong... gak pernah mereka konflik...
Travel Haji/Umrah di Indonesia pun banyak dikelola bersama oleh pebisnis Arab/Saudi dgn China. Itu semua karena semangat ENTREPRENEURSHIP mereka.
6. Raja Salman datang bukan untuk memberesi banjir Jakarta... justeru mrk sangat menyukai hujan lebat, krn capek hidup di gurun kering. Juga bukan untuk menyelesaikan macet Jakarta, krn orang Saudi tidak banyak tinggal di Jakarta, senangnya di kawasan Puncak, Batu/Malang, daerah yg sejuk-sejuk tapi banyak hidangan hangatnya...

6. Jadi untuk apa Raja Salman datang ke Indonesia? Untuk dagang, Bro... Untuk investasi, ya Akhii al-kiraam... Dan investasi bukan minjemin duit tanpa bunga! Ada "gain" yg dicari.
Pokoknya, kalau umat Islam Indonesia tidak punya *semangat kemandirian*, sibuk mengagungkan Turki dan Erdogan, sibuk berteriak soal Palestina dan Suriah, bergantung pada duit Kapitalis Saudi dan RRT... serta tidak membangun *ENTREPRENEURSHIP* yg kuat, maka bersiaplah:
"Kemarin menjadi kuli dan jongos Arab di Saudi, menjadi kuli dan jongos China di Hongkong --- besok anak-cucu menjadi *kuli dan jongos Saudi dan China di NKRI...*"
Silahkan terus teriak-teriak NKRI, Pancasila, Demokrasi dan Kebhinekaan... selama masih ada yg bayar untuk berteriak... para Kapitalis akan membayarimu terus, agar kamu tidak merecoki kerja dan investasi mereka...

*) Dr. K.H. Wahfiuddin Sakam

Senin, 07 Juli 2014

SEANDAINYA SAYA PRESIDEN


SEANDAINYA SAYA PRESIDEN-
Oleh  Abdul Hamid
Seandainya saya presiden. Saya akan tanamkan kedalam hati nurani saya dan keluarga saya, bahwa saya diberi amanat menjadi pemimpin adalah untuk mengabdi kepada bangsa ini. Mereka tidak boleh menggunakan fisilitas negara untuk keperluan pribadi. Apalagi memanfaatkan jabatan saya sebagai kepala negara sebagai tameng untuk memperkaya diri dan turut campur urusan negara.
Setelah memberi teladan dilingkungan keluarga, saya akan membenahi  persoalan negara dimulai dengan perekrutan mentri yang nantinya akan membantu saya dalam menjalankan tugas dan program negara.  Saya akan merekrut anggota kabinet yang terpercaya dan dipercaya oleh rakyat dengan melihat rekam jejak mereka. Para mentri harus memiliki sikap amanah, jujur, tegas, dan siap untuk bekerja keras. Setelah itu, saya akan melakukan beberapa pembenahan diantaranya :

Ad Placement

Review

Artikel

news